Rabu, 22 September 2010

Pa, Kenapa Laki-laki Itu Seperti Alien?

kelak jika anak gadisku jatuh cinta, apa yang harus kukatakan padanya, jika ia bertanya, “pa, kenapa laki-laki itu seperti alien?, hmm, mungkin saja, saat itu aku menjawabnya, “nak, lihatlah merpati, laki-laki itu seperti diatas sana, biarlah ia terbang tinggi mengangkasa, jangan kau ikat kakinya, tunggu saja nak, petang nanti, ia pasti kembali hinggapi ranting yang biasa ia jejaki”

anakku tentu tak setuju dengan jawabanku ini, “pa, merpati itu telah kulepas pagi ini..dan ranting yang biasa ia hinggapi telah kutebas. semoga ia bisa temukan ranting lain yang lebih kokoh untuk dia hinggapi”

apa yang harus kujawab, jika dijejali protes seperti ini. hmm, dengan sabar, barangkali saja, aku akan mengatakan padanya, “nak, papa tak pernah melihat alien, papa hanya bisa meminjam merpati untukmu. baiklah kalau begitu, papa akan ceritakan padamu tentang laki-laki.

“ayo, pa ceritakan pa”, seru anakku. “laki-laki itu seperti dirimu, bahkan jauh lebih perasa darimu nak. laki-laki itu juga egois sepertimu, yang tak pernah mau kalah jika berdebat, maka, jikalau kamu mencintai laki-laki itu, jadilah ia seperti dirimu.

anakku yang menggemari puisi itu, barangkali akan membantahku, “pa, itukan sajaknya sapardi, yang bilang, ….mencintaimu harus menjelma aku.., terlalu abstrak pa, aku ingin yang terang, seterang siang ini”. hmm, aku waktu itu mungkin langsung terdiam, dalam hati aku bilang, “hmm anakku, aku selalu kalah jika berdebat denganmu”.

lantas, anakku yang kupahami betul wataknya itu, akan dengan malu-malu mendatangi aku lagi dan mengatakan ini, “pa, baru saja merpatiku yang belum lama pergi itu tiba-tiba terbang berputar-putar di halaman rumah kita. aku tahu pa, ia mencari-cari dahan yang telah kumusnahkan tadi pagi. aku pura-pura tak melihatnya tapi hatiku terus saja mengawasi”.

berbinar anakku bercerita, “teruskan ceritamu nak, kataku. ia berapi-api melanjutkan, “sungguh pa, di luar dugaanku, ketika aku telah lelah mengejarnya, justru kini ia mendekatiku perlahan. kucari-cari jikalau ada bulir jagung yang tercecer di bawah gaunku yang usang, tapi tak juga kutemukan pa. aku heran, bukan bulir-bulir jagung kesukaannya itu yang ia cari”

“apa yang ia cari nak” tanyaku, “begini pa, ketika aku mencoba beralih ke tempat duduk yang lain, ia justru terbang dan hinggap di pangkuanku. dan baru aku tahu bahwa apa yang kupikir selama ini tak selalu benar. bukan dahan-dahan itu yang ia cari, bukan bulir jagung itu yang ia cari. tetapi lebih sederhana dari itu. ia hanya mencari belaian lembut dari tangan kosongku yang tulus. dan tatap mata mungilnya seolah berkata padaku agar tak mencobainya lagi”

hmm anakku begitu semangat bercerita, aku tertegun pada kalimat yang lancar mengalir itu. “lalu, nak, mengapa kau katakan laki-laki itu seperti alien? tentu memerah wajah anakku. lantas, kutahu ia akan balik bertanya , “hmm papa tersinggung ya, kalau papa yang juga laki-laki itu, disamakan dengan alien?

aku terbahak-bahak mendengar celoteh anakku ini. “baiklah, papa belum menjawab ini, kelak akan papa cari jawaban terbaik untukmu. papa hanya ingin kamu tetap menjadi dirimu, menjadi apa yang kamu impikan, yakinlah nak…papa selalu ada untukmu” (ff)

cerita kecil:

untuk wani sahabat baruku:

tengkiu untuk note-notemu yang menginspirasi

senja di 13 september 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar