“…Maut berseru seketika, dan saat ia tiba, tak seorangpun bisa menghindar. Aku mimpi aneh sekali tentang celoteh, pernyataan dan pamit. Kukira ini baik sekali. Ada suara dan tanda, aku mulai menerka bahwasanya, alam turut bicara ketika rintik yang tumpah, tak seluruhnya basah.Bagi seorang sepertiku, sejak lampau, saat ini hingga akan, selalu percaya, sahabat sejati itu berbicara hitam putih dan apa saja di muka.
Bagi seorang sepertiku, kematian telah berulangkali terjadi, maka sejak itupula, aku tak pernah takut hadapi apa saja: gerombolan atau goliat. Kematian itu keniscayaan, kehidupanlah yang abadi, maka inilah maklumatku padamu, pada anda kalian, bahwa kehormatan dan martabat jauh lebih abadi dari pada harta, kekuasaan dan perempuan.
Untuk itulah aku rela melepaskan seluruhnya. Ingatlah ini, seorang sepertiku ada banyak, maka waspadalah terhadap angin, ia kadang berhembus pelan dan memabukan, tapi bisa menjadi taufan yang melindas…”
Catatan: Siang ini sebuah buku tergeletak di hadapan saya, pada halaman 1303, mata saya memagut catatan, sebuah surat kecil yang disalin dengan tinta seadanya. Saya membaginya untukmu, mungkin saja berguna. Itu saja
Rabu, 22 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar