Rabu, 22 September 2010

GARPUTALA KECIL YANG TERLUPAKAN

INGIN kuceritakan padamu tentang kisah ini. Kisah garpu tala kecil, yang kini tinggal sendirian di sudut lemari, dilaci paling bawah, dibalik buku buku tua.

ALKISAH. Pada jaman ketika gedung megah itu belum ada dan kota ini masih muda. Garpu tala selalu berjalan-jalan kemanapun ia mau. Ia selalu ada dikeramaian, di gedung Gereja, terminal, pasar juga sekolah-sekolah.

Sahabatnya seorang muda yang wajahnya tak sama sekali tampan. Orang muda yang hingga ketiadaannya tak diketahui namanya, dimana tempat tinggalnya itu kerap disapa Penala. Kelak waktu ketika ia menjadi tua jasadnya dilarungkan ke laut, bersama ikan-ikan ia hidup selamanya.

Alkisah di sebuah subuh, usai konser yang meriah di balkon kota. Garpu tala bertutur pada Penala, “ ..bertahun tahun sudah kita kitari kota ini, aku ingin sekali saja, menjelajahi kampung. Kota ini mulai bising, orang-orang tak lagi saling mengenal” Maka berucaplah Penala, “..aku juga merasakan itu, mari kita bergegas, susuri pinggang kota menuju Timur, barangkali disana ada cerita baru untuk kita”

Maka, berjalanlah mereka menuju Timur. Demikianlah, kedua sahabat itu tiba di sebuah kampung karang yang terjal. Angin yang terik telah melindas rumput dan pepohonan. Sejenak beristirahatlah mereka, dari kejauhan, terlihat orang-orang berlarian memanggul tangisan dipunggungnya. Ramai orang merubuti lapangan. Tersentaklah mereka. Kampung karang itu dilalap bencana, banyak Ibu mati binasa, anak-anak balita merenggang nyawa, biaya tiada obat-obatanpun juga. Gizi buruk begitu lekat. Sementara saban malam, para pemimpinnya sibuk berpesta, “Ini kampung yang aneh, ayo kita hentakan mereka dari kematian” ajak Penala.

Mulailah mereka seperti biasa, mencari dan menemukan nada. Ketika nada didapat, musik terngiang dan konser tercipta,terkumpulah keping-keping Koin dan menjadi banyak. Berjalanlah mereka kitari kampung demi kampung, membagi makanan,obat-obatan, membangun rumah-rumah singgah untuk Ibu dan anak-anak.

Alkisah. Tahunpun berlalu, kampung itu menjadi pulih. Orang-orang telah mampu membangun gedung-gedung rumah sakit yang megah namun Ibu Anak yang sakit belum seluruhnya tertolong. Tersibaklah cerita horor bahwa para penyamun, pencuri, perampok yang dulu terbiasa hidup di kota kini menguasai kampung.

Penala kini menjadi renta, berujarlah ia pada garpu tala. “Sebentar lagi aku akan kembali, aku ingin jasadku dilarungkan kelaut” Penalapun tiada. Orang-orang yang tak mengenalnya, memungut jasadnya membawa ke rumah sakit. Nyawanya dirampas keabadian. Lalu, tibalah seorang pemuda yang pernah mendengar kisah Penala. “Ijinkan saya membawa jasad Pak tua ini” Ujarnya. Maka dilarungkanlah jasad orang tua ke laut. Konon, ketika jasad hendak dilarungkan, garpu tala kecil jatuh bergemincing. Dipungutnya garpu tala itu dan diletakan di kantong bajunya.

Demikianlah. Dulu ketika kota ini masih muda, orang tua yang terlupakan itu memiliki nama untuk dirinya, “kenalkan, nama saya Penala” ujarnya. Penala adalah dia yang memainkan garpu tala. Maka demikianlah, setiap kali, ketika bersua, orang tua tak bernama itu selalu membawa garpu tala di kantong bajunya. Penala dan garpu tala tak pernah usai menyeimbangkan nada. Mereka tahu bagaimana memudahkan orang untuk bertemu.

Demikianlah. Mereka hidup berdua saja, namun konser yang tercipta menghidupkan orang-orang dari kekeringan. Pak tua yang terlupakan itu, acapkali memainkan garpu tala untuk memulai konsernya. Mereka sungguh saling memahami dan jika konser usai, Pak tua acapkali membersihkan garpu tala itu dan meletakan dengan hati-hati di kantongnya.

Alkisah. Ketika kampung mulai pulih, banyak orang lupa, jika dulu ada dua sahabat yang datang menolong dengan keapaadaan. Pak tua yang tak dikenal itu tak pernah menuliskan kisah ini, hanya pepohonan tua diseberang sana yang tahu, bahwa dibalik sejarah kota, tersebutlah Penala. Kehidupan telah berubah, alat-alat musik banyak tercipta tetapi Penala tahu bahwa nada yang seluruh orang mainkan belum mampu membangunkan orang-orang dari kekeringan.

DEMIKIANLAH kisah garpu tala, yang tubuhnya kini terjepit tumpukan buku, di kamar pustaka, sang pemuda. Garpu tala kecil, yang tubuhnya mulai berkarat yang panjangnya tak sampai sejengkal itu kini terlupakan. Dada..aaa

_____Oleh Faris Valeryan Wangge - Kisah ini terinpirasi dari Dongeng Subcomandante Marcos di Mexico Utara, Kisah Seuntai Awan Kecil. Demi Kesehatan ketahuilah bahwa untuk berjuang tak butuh buku-buku yang menumpuk cukup satu tindakan kecil dan berani. Itu saja (f)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar