Suratmu baru saja tiba, hmm perjalanan yang jauh rupanya, aku merasakan sungguh, suratmu ini begitu lelah. okelah tak mengapa, walau begitu ia sudah tiba dengan selamat dan kini ia ada dalam genggamannku.
SPID!
Sebelum kubalas suratmu, berikan sepotong lagu ini pada Durito, atau perdengarkan saja padanya, jika ia tak sudi menerima bingkisan ini: http://www.youtube.com/watch?v=pJD5kcMP3fM&feature=related
Ini pesan terbaru dariku untuknya, katakan ini padanya:
apa yang kita lawan sejak lampau; bukanlah melawan siapa-siapa meski memang untuk siapa-siapa (juga) bukanlah kepada siapa-siapa melainkan kepada sesuatu-sesuatu. Kedengarannya absurd tetapi sesungguhnya sesuatu yang kumaksudkan ini, diam bersembunyi di dalam diri siapa-siapa. Dan, kita berjuang untuk membangunkannya, menjadikannya ada dan setelahnya seluruh kita bahagia selamanya.
“ Bagai kotoran. Disana aku ada. Disana aku menggali. Disana aku membenamkannya. Aku? Dimana? Aku ada. Aku tak ikut terbenam. Itulah aku, diriku, Scaribo, kumbang paling rupawan, dari segala jenis kumbang, termasuk kumbang-kumbang seperti dirinya..” Hehehehe
Katakan padanya, “ini bukan tanah Mexico, jangan dia kira dengan segepok teorinya, ia mampu mengubah pulau-pulau ini. Aku, Scaribo, meng-ilhami lagu ini, tapi tak seluruhnya harus ku-tanah-kan: karena tanah airku bukanlah tanah Mexico”
SPID!
Sudah ku-preteli suratmu, telah kulumat habis isinya. Aku bertanya pada-mu: apakah hanya untuk 10.10.10 kau undang aku? Kuharus katakan ini padamu: “..di sini angin kencang kembali berhembus; terik panas kembali menyengatku; sedang kuseka bulir bulir keringat yang tumpah. Sesaat setelah suratmu tiba, aku tengah berkemas dan memanggul ransel..”
Aku tertawa membaca sepotong catatan-mu, maaf, aku diam-diam meledekmu. Kau tampak takut. Tidak! Aku slalu ada, ini hanyalah setangkai cara. Bertempur caraku mirip dirimu yang sedang tumpangi gelombang ombak di atas busur panah papan-papan Sky di Kuta.
SPID!
Disini bagai dongeng yang merintih, ketika cuil-cuil gairah ikut terkubur. Orang-orang sesak, mereka muak dengan ucapan dan teori-teori; mereka hanya ingin terbebas segera dari belenggu dan tipu daya. Segala orang sedang gelisah; bibir-bibir mereka tercekak. Seluruh gunung sedang kuburi semua mimpi.
Maka, kuingatkan kau: “..jika disana kau dapati hal yang serupa, bolehlah kau larut bersama, tapi janganlah ikut terhanyut. Jikalau, angin dari atas kuat berhembus, maka segera gali lubang-lubang pertahanan.: katakan pada tanah, kau karib terbaikku, yakinlah. tanah tak akan sungkan membantumu kelak..”
Disini, aku terheran-heran; tak sedkit yang memandangku cakrawala mereka: “..maka aku menjadi begitu tak setuju padamu, ketika kaupun serupa. aku bukanlah panglima perang atau ahli strategi itu? Aku hanyalah seekor kumbang, yang berjuang dengan naluriku” Masih kusimpan sajak terakhirmu. Ini sajak yang mengerikan kukira:
Aku bersua angkasa di januari
bulan penuh basah
daun daunpun bersorak menyapa:
selamat datang laba laba kecil
selamat berjuang untuk tiada…
Sajakmu ini, peta jalan itu. Melingkari tembok tembok; seribu kali masuki arus sungai yang mengalir; tundukan hewan-hewan air yang buas lalu tiba dan menjadi tiada. Hmm, kusetujui ini.
Akan kukirimkan utusan untuk menemuimu sebelum 101010. Saatnya hampir tiba. Aku kini masih berada di tepian jurang yang lebar menganga. Sedangkan, arah jalan menuju rimbamu, penuhlah jalan yang berkelok, harus melompati tembok, menyusuri seluruh lintasan sungai sungai. Jika kau memang ingin aku ada, maka lupakan angka-angka itu sejenak dan tunggulah aku.
Ku-akhiri suratku ini, sembari menyeruput kopi dan nada nada ini (oh iya, lagu ini bingkisan dari sahabat terbaikku)
http://www.facebook.com/profile.php?id=1410621473&v=app_2392950137#!/video/video.php?v=108764129185358
Salam paling Karib dariku,
Kumbang tanah paling rupawan,
SCARIBO
Catatan: Scaribo, berasal dari kata Scarab, sejenis kumbang yang hidup dekat kotoran (binatang/manusia) dan membuat lubang-lubang disekitarnya. dalam tradisi bangsa mesir sejak era firaun, scarab dianggap mistik.