Baru saja kubasuh cinta yang menempel pada binar pada rintik pada mata itu. Aku tak sempat menghitungnya. Angin itu sekelebat cepat memagut. Tanah gersang hamil benih-jentik tumbuh. Aku taktahu apa karna sekeping rintik yang tumpah atau karna lapuk daunan. Sudah kuseka cinta yang mengalir dan kupastikan pada malam, aku menggenggam seluruh. Sial. Kutak bisa mengurainya. Kertas begitu lekat dan kata menepi garis-garis: bukankah anyam daun-daun menjadi banyak.
Sudahlah aku tak lagi percaya dinding. ia hanya setumpuk debu yang rapuh. cinta bukan hanya airmata yang jatuh bertumpuk-muntah kata malam tanpa malu atau wangi rambut yang terbungkus. Cinta hanyalah segenggam angin yang lewat aku tengah menghirupnya
Selasa, 31 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar