Selasa, 31 Agustus 2010

Kemenangan di dalam sini

Angin menapis awan, rintik melompat jatuh sekelebat saja. Ini kisah tentang rintik rintik hujan pada kintal, di jari-jari rumah. Rintik walau sesaat itu baik. Para tetua nenek moyang kami menyimpannya di lopo, di tiang langit penopang bulan. Rintik itu ayah, suami dari ibu kita, maka sembilan purnama waktu yang tak terlampau singkat.

Saya melihat akar marungga saling melempar senyum, sumringah pipi daun-daunnya. Saya melihar akar karang menggeliat, saling bercakap, “mari kita menyimpan rintik, agar tetumbuhan menjadi tumbuh dan seluruh badan tanah di pulau ini hijau menjadi bersih”.

Seorang berkata pada seorang lainnya, “marilah kita membangun tanggul penampung rintik”; seorang lain berkata, “bukankah tanggul itu diri kita?”; dan seorang dan lain-nya bertanya, “mengapa mesti rintik? Biarkan rintik mengelap kemarau, hasrat kita hanya menjadikannya berharga lewat hijau tetumbuhan dipekarangan siapa saja”

“baiklah, mari kita menyusun siasat agar rintik kembali jatuh”

Mereka, seorang dengan seorang, saling melirik, memadu senyum. Sejenak benang-benang kata menjadi tenunan, “Kemenangan hidup dimasa kini, bermimpi tentang masa depan, dan belajar yang terbaik di masa lalu”. Dalam sayup kami saling menoleh, dan tanpa dipandu, seluruh sigap berkata, “ Kemenangan ada disini, didalam sini, ayo, kita menggalinya”

usai belanja ide



Tidak ada komentar:

Posting Komentar